Peran Program GenRe (PIK-R) terhadap Usaha Meningkatkan Pengetahuan Remaja tentang Fertilitas dan Pendewasaan Usia Perkawinan
Oleh: Anastasia Septya Titisari
(Peneliti pada Perwakilan BKKBN Provinsi Bali)
Menurut hasil Pendataan Keluarga tahun 2015, jumlah remaja (10-24 tahun) di Provinsi Bali sebesar 24% dari jumlah total penduduk Bali, atau sebanyak 777.289 jiwa dari 3.186.731 jiwa. Jumlah proporsi remaja yang cukup besar ini dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi pembangunan karena masa remaja adalah fase tercepat dan paling rentan dalam siklus kehidupan manusia. Karakteristik individu serta lingkungan sangat berpengaruh kepada perkembangan remaja. Perubahan yang terjadi ini berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak pada remaja. Jumlah remaja yang cukup besar kuantitasnya ini sangat besar potensinya terhadap bonus demografi jika dapat dikelola dengan baik. Oleh karena itu kualitas dari remaja sendiri juga perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak.
Dari hasil Survei Kependudukan, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pembangunan Keluarga Di Kalangan Remaja Indonesia Tahun 2016 yang dilakukan oleh BKKBN, sejumlah 66,7% responden remaja di Provinsi Bali pernah punya pacar dan sebagian besar memiliki pacar pertama kali ketika berumur 15-17 tahun. Banyak cara yang dilakukan oleh para remaja ini untuk mengungkapkan kasih sayang terhadap pasangannya. Hasil Survei tersebut juga menyatakan bahwa 37,5% responden remaja melakukan ciuman bibir dan 13,8% responden remaja mengungkapkan kasih sayangnya dengan meraba atau merangsang. Hal ini cukup mengkahwatirkan ditambah dengan hasil Survei yang menyatakan bahwa sebanyak 13,8% responden remaja di Provinsi Bali yang pernah punya pacar tersebut pernah melakukan hubungan seksual sebelum nikah. Berdasarkan Survei yang sama, sebanyak 2,1% responden remaja di Provinsi Bali pernah melakukan hubungan seks pertama kali pada umur kurang dari 15 tahun. Kejadian ini menjadi catatan tersendiri bagi BKKBN terutama dalam pembangunan keluarga yang erat kaitannya dengan ketahanan remaja.
Sumber: Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN (2012-2016)
Perilaku remaja yang semakin bebas ini akan semakin mengkahwatirkan jika tidak didukung oleh pengetahuan dan pemahaman mengenai fertilitas yang benar. Berdasarkan data Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN oleh BKKBN yang dilihat selama lima tahun terakhir (2012-2016), tren pengetahuan remaja Bali terkait dengan fertilitas mengalami penurunan, tatapi terjadi peningkatan persentase jumlah responden yang tahu dengan benar mengenai masa subur. Pengetahuan mengenai masa subur dan dapat hamil dalam sekali hubungan seksual ini penting karena menjadi bekal bagi mereka untuk berpikir dan bertindak terkait dengan perilaku seksual mereka. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat kemajuan teknologi seperti sisi mata uang yang memberikan dampak positif sekaligus negatif bagi perkembangan remaja. Oleh karena itu perlu perhatian khusus dalam hal meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar terkait fertilitas dan kesehatan reproduksi. Agar remaja benar-benar matang secara jasmani dan rohani dalam mempersiapkan kehidupan mereka.
Sumber: Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN (2012-2016)
Dari grafik tren diatas menunjukkan bahwa perilaku remaja Bali semakin mendewasakan rencana usia pernikahan mereka. Muadz, Fathonah, dkk (2008) menyatakan bahwa pendewasaan usia perkawinan adalah upaya untuk meningkatkan usia pada saat kawin pertama yaitu 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki, hal ini dilakukan bukan hanya untuk menunda sampai usia tertentu saja tapi juga mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup dewasa. Selain itu, tren pengetahuan dan pemahaman mengenai rencana umur mempunyai anak juga sudah baik. Remaja sudah mulai mengetahui masa mencegah kehamilan yaitu ketika wanita berusia 35 tahun, sebab secara empirik pada umur tersebut diketahui banyak mengalami resiko medik.
Sumber: Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN (2012-2016)
Remaja Bali sudah semakin sadar dan matang dalam merencanakan kehidupan pernikahan mereka bila dilihat dari data hasil Survei tersebut, namun hal yang memprihatinkan justru terlihat dari cara berpacaran dan pengetahuan mereka mengenai fertilitas. Sehingga perlu adanya program yang lebih “ramah” remaja, sebab beberapa studi menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap remaja ini dipengaruhi oleh penyuluh generasi berencana atau teman sebaya, orang tua, guru, petugas kesehatan, maupun media (Fauziah, 2015); (Ardhiyanti, 2013). Maka dari itu, dalam melakukan pendekatan pada remaja perlu dilakukan dari berbagai sisi, baik dari orang terdekat (keluarga) sampai lingkungan sekitar hingga memanfaatkan teknologi dan media.
BKKBN melalui Generasi Berencana atau GenRe sudah dikembangkan sejak tahun 2010. Program ini bertujuan untuk mempersiapkan remaja dalam merencanakan kehidupan demi terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Sejak terlaksananya program tersebut, remaja memiliki perencanaan terhadap masa depan mereka baik dalam hal persiapan menikah maupun memiliki keturunan. Fakta bahwa remaja cenderung bersikap tertutup dan malu untuk berkomunikasi kepada orang tua maupun guru sudah menjadi hal yang biasa. Remaja lebih mempercayai teman dan “geng” mereka dalam menceritakan serta menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. BKKBN melalui program PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) berusaha merangkul remaja untuk ikut ambil bagian dalam penyiapan kehidupan berkeluarga, pendewasaan usia perkawinan, dan ketrampilan hidup. Pada intinya program ini dikelola dari, oleh, dan untuk remaja. Dengan adanya PIK-R (bagian dari GenRe) dapat menjadi wadah bagi remaja untuk berkeluh kesah dan mendapatkan solusi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sebab untuk menjadi konselor PIK-R ada pelatihan khusus sehingga dapat memberikan konseling dengan baik dan benar untuk membantu teman-teman mereka. Permasalahan remaja mengenai perilaku berpacaran dan pengetahuan mengenai fertilitas yang kurang baik ini sebenarnya dapat diatasi melalui program PIK-R. Remaja sendiri yang merangkul teman-temannya dalam memberikan konseling dan menjadi “sahabat” untuk mengatasi isu-isu sensitif tersebut.
PIK-R ini merupakan bagian dari dinamika kelompok yang sengaja dibentuk, sebab dalam mengubah cara pandang dan perilaku seseorang terutama remaja hal ini sangat penting (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science). PIK-R ini bisa dikembangkan dengan menambahkan esensi dari dinamika kelompok tersebut dengan menyadur metode dari Kelompok Tumbuh Bersama (KTB). Yang dimaksud dengan KTB, secara garis besar yaitu kumpulan kecil (3-6 orang) orang-orang (dalam hal ini remaja) yang mau bersama-sama untuk belajar dan bertumbuh ke arah kedewasaan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Fungsi dari KTB ini yaitu saling mendukung dalam proses pemulihan karakter. KTB ini terdiri satu pemimpin kelompok (kakak KTB) dan anggota-anggota (adik KTB). Pada prakteknya, kakak KTB mempersilahkan setiap orang untuk membagikan pengalaman mereka sehubungan dengan pergumulan yang dihadapi. Tidak diperkenankan memberikan tanggapan kepada satu dengan yang lain. Tujuan dari kelompok ini bukan untuk “memperbaiki” satu dengan yang lain, melainkan saling mendukung dan menopang dalam bergumul sehingga akan timbul rasa percaya. Jika ada yang hendak disampaikan kepada anggota yang lain, maka hal itu dapat disampaikan secara pribadi di luar pertemuan.
Jika diaplikasikan dalam program GenRe, PIK-R yang sudah ada dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, dimana konselor sebaya dapat menjadi kakak pendamping yang dapat berbagi pengalaman, membangun dan memperkuat komiten pada kelompok, serta sebagai sahabat bermain bersama. Hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan anggota (adik KTB) sehingga dapat membuat permulaan yang lebih baik (motivasi yang baik). Diharapkan dalam kelompok-kelompok kecil ini dapat dimasukkan materi mengenai pacaran yang sehat dan pemahaman mengenai fertilitas. Kelompok kecil yang dirasa cukup memiliki bekal kemampuan dan komitmen, anggotanya (adik KTB) dapat menjadi kakak bagi anggota-anggota baru dengan membentuk kelompok kecil yang baru. Sehingga diharapkan nantinya ada banyak kelompok-kelompok kecil yang siap membantu dan menjadi ujung tombak dalam perubahan remaja kearah yang lebih baik. Selain itu, hubungan antara kakak dan adik ini diharapkan tidak lepas walaupun sudah ada anggota baru. Sehingga kelompok -kelompok (terkait dengan interaksi, perilaku, relasi, proses, keunikan pribadi/kombinasi) tersebut dapat memberi pengaruh kepada orang-orang di dalam maupun di luar kelompok tersebut secara dinamis dan berkesinambungan.
Daftar Pustaka:
Ardhiyanti, Yulrina. (2013). Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(3), 117-121.
BKKBN. (2012). Survei Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2012. Jakarta: Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. ISBN: 978-602-8633-69-7
BKKBN. (2013). Survei Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. ISBN: 978-602-8633-81-9
BKKBN. (2014). Survei Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. ISBN: 978-602-1098-08-0
BKKBN. (2015). Survei Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2015. Jakarta: Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. ISBN: 978-602-1098-21-9
BKKBN. (2016). Survei Kependudukan, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pembangunan Keluarga Di Kalangan Remaja Indonesia. Jakarta: Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. ISBN: 978-602-1098-21-9
Fauziah, Arvicha. (2015). Pengaruh Penyuluhan Generasi Berencana terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi pada Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Kokap Kulon Progo. Yogyakarta: STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
Wolman, B. Benjamin. (1973). Dictionary of Behavioral Science. Michigan: Van Nostrand Reinhold Company. ISBN: 0442295669, 9780442295660.