Workshop Pemantapan Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi

Denpasar-BKKBN Bali

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Bali Menggelar Workshop Pemantapan Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi di Kampung KB , Selasa (22/10) di Ruang Wacika Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Bali.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Catur Sentana membahas kasus kesehatan reproduksi yang mengkhawatirkan khususnya pada kesehatan ibu dan anak yang masih rendah. Hal ini dilihat dari tingginya angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB).

“ Berdasarkan data survey demografi kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa AKI sebesar 395/1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB 32/1000 kelahiran hidup, dan diperkirakan jumlah persalinan sekitar 4,5-5 juta/Tahun” , Jelasnya.

Kemudian dalam penanggulangan infertilitas, Catur Sentana mengatakan masih banyak pasangan usia subur (PUS) yang belum mendapatkan informasi tentang pemahaman kembalinya kesuburan pasca penggunaan kontrasepsi , terkait dengan informasi pengaturan jarak kelahiran anak pertama dan kedua.

Kondisi tersebut hadir dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat khususnya pasangan usia subur tentang kesehatan reproduksi dan kegiatan Konseling kesehatan reproduksi belum berjalan sebagaimana mestinya.

“Jika pola pendekatan belum berjalan dengan sebagaimana mestinya. Jika pola pendekatan kesehatan reproduksi dalam program ini dilakukan lebih awal, maka peningkatan kesertaan ber-KB (Contraceptive Prevalence Rate-CPR) dan penurunan angka kelahiran (Total Fertility Rate-TFR ) dengan sendirinya akan mudah tercapai, demikian juga untuk sasaran program kesehatan (AKI dan AKB)”, Ujar Catur Sentana

Sehingga melalui kegiatan workshop ini, maka diharapkan adanya peningkatan pemahaman dan komitmen pengelola KB Tingkat Provinsi dan Kab/Kota terhadap program KKBPK khususnya kesehatan reproduksi sehingga kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya dengan upaya-upaya atau inovasi baru terkait promosi dan konseling kesehatan reproduksi dapat tercapai.

Terkait upaya dan inovasi konseling kesehatan reproduksi, dr. Oka Negara, selaku praktisi kesehatan reproduksi mengatakan bahwa informasi kesehatan reproduksi perlu disosialisasikan dengan bahasa yang sesuai dengan masyarakat , komunitas dan kalangan tertentu sehingga informasi ini secara mudah dipahami oleh mereka.

“Penyampaian informasi terkait kesehatan reproduksi saat ini memang masih tabu, sehingga perlu penyesuaian bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat secara umum tentunya dengan menggunakan narasumber yang well-accepted di masyarakat , komunitas dan kalangan tersebut dan juga tentunya dengan teknik yang sesuai dengan kebutuhan mereka” Jelasnya.