Angka Kehamilan Turun, Kepala Perwakilan BKKBN Bali Apresiasi Masyarakat Bali

Selama hampir dua bulan terakhir mengkampanyekan penundaan kehamilan selama pandemi Covid-19, Perwakilan BKKBN Bali akhirnya mendapat hasil menggembirakan. Data kehamilan kumulatif Provinsi Bali selama bulan Juni 2020 terpantau menurun signifikan.

Merujuk data Statistik Rutin BKKBN, Kamis (23/7), angka kehamilan kumulatif Provinsi Bali periode Juni 2020 tercatat sebanyak 17.708 kehamilan atau berkisar 2,62 persen dari jumlah pasangan usia subur (PUS). Angka ini menurun dibandingkan angka pada bulan Mei yang mencatat 18.123 kehamilan atau sekitar 2,69 persen dari jumlah PUS.

Berdasarkan sebaran per kabupaten, angka kehamilan tertinggi pada Juni 2020 disumbang Kabupaten Buleleng sebanyak 3.756 atau 2,78 persen dari jumlah PUS. Namun, jika dibandingkan dengan persentase PUS, Kabupaten Jembrana masih mencatat torehan paling tinggi, sebesar 3,84 persen dari total PUS atau sebanyak 2.188 kehamilan.

Di sisi lain, angka kehamilan terendah pada Juni 2020 tetap dipegang oleh Kabupaten Klungkung dengan jumlah 758 kehamilan atau 2,19 persen dari jumlah PUS. Terhadap persentase PUS, Kota Denpasar mencatatkan persentase kehamilan paling kecil yakni sebesar 1,46 persen daei PUS atau sebanyak 1.179 kehamilan, hanya meningkat 7 kehamilan dibanding angka kehamilan bulan Mei 2020 sebanyak 1.172 kehamilan.

Sementara itu, angka-angka jumlah kehamilan di lima kabupaten lainnya meliputi Tabanan 1.798 sebanyak kehamilan (2,22 persen dari PUS), Badung sebanyak 1.986 kehamilan (2,76 persen dari PUS), Gianyar sebanyak 2.743 kehamilan (3,44 persen dari PUS), Bangli sebanyak 1.396 kehamilan (2,91persen dari PUS), dan Karangasem sebanyak 1.904 kehamilan (2,16 persen dari PUS).

Menanggapi angka-angka tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Bali, Agus P. Proklamasi, memberikan apresiasi tinggi terhadap masyarakat Bali yang telah merespon dengan baik imbauan pemerintah untuk menunda kehamilan di tengah pandemi Covid-19. “Respons masyarakat Bali cukup tinggi terhadap imbauan kami. Kalau dari angka rata-rata kehamilan 18.000-an tiap bulan, kemudian pada bulan Juni 2020 menjadi 17.00-an ini wajar, sebab kami bersama TP PKK Provinsi Bali telah sosialisasikan begitu masif untuk menunda kehamilan selama pandemi,” terangnya.

Ke depan, pihaknya tetap mengharapkan imbauan menunda kehamilan dapat terus direspons, sehingga risiko-risiko penularan Covid-19 antara ibu dan anak, maupun kesehatan ibu dan anak secara umum dapat terjaga. “Kami imbau agar tidak terjadi kehamilan, karena kondisi masih WFH (work from home), karena nanti ujung-ujungnya persalinan akan terjadi di bulan Oktober, November, dan Desember, yang kita takutkan petugas medis ketika itu masih sibuk menangani Covid-19, dan potensi penularannya juga masif tinggi,” tegasnya.

Sebelumnya, angka kehamilan Bali sempat melambung pada bulan Maret-April 2020, di awal-awal kebijakan bekerja dari rumah (WFH) diterapkan di Bali. Pada bulan April misalnya, angka kehamilan mencapai 18.367 atau 2,72 persen dari jumlah PUS. Angka tersebut cukup mengkhawatirkan, karena dapat memicu ledakan kelahiran di masa pandemi yang sangat berisiko.